Agustus 28, 2012

Kini hingga nanti

Wow...dia menang kuis...
Kuis ato apa ya? kurang tau juga sie...
Yang diadain sama BlitzMegaplex, tempat favoritku dan dia kalo mau nonton movie...
Senang, walau dia yang menang tapi aku pun ikut senang...
Hadiahnya apa?
Aku tidak terlalu memperdulikan hadiahnya
Tapi sepertinya cukup worth untuk diperjuangkan
Dan akhirnya dia memenangkannya
Wow...sungguh suatu kejutan bagiku
Senang rasanya mendengar dia menang begitu
Dapat 2 tiket katanya
Untuk siapa satu tiketnya?
Yang jelas aku tak dapat hadir jika dia minta
Karena acaranya adalah besok malam
I have not enough time to go
But I believe she knows what will she does.

Agustus 27, 2012

Kubiarkan jariku melangkah dan beginilah hasilnya

Nulis emang ga bisa dipaksain.
Yang ada malah jadi absurd.
Ga jelas maknanya
Ga jelas tujuannya

Pengen nulis panjang
Tapi malah ga ada hubungan
Ah...mending aku diam

Salah lagi

Semakin nyamankah engkau membenciku setiap harinya?
Kulihat itu terjadi pada dirimu...
Kata-katamu yang membius nyaliku...
Ya, aku salah lagi dimatamu...
Ntah apa yang kau pikirkan...
Aku pun enggan menebaknya lagi...

Aku hanya ingin berbagi...
Berpendapat tentang apa yg kubagi...
Pendapat yang memang pernah aku alami...
Dan aku tidak mengarahkan ke satu pihak ataupun golongan...

Aku kembali merenung...
Aku merasa tak mampu menaklukkanmu...
Aku pun merasa tak mampu memimpinmu...
Memberimu arahan...
Membuka pikiranmu...
Yang ada hanya menyulut emosimu...
Yang membangkitkan kebencianmu...
Setiap harinya...

Aku berusaha berubah dan berubah...
Merendahkan kepalaku untukmu...
Berharap kau mau bertindak sama...
Tapi sepertinya usahaku belum cukup...
Ntah karena traumamu akan kaumku atau apa...
Kau seakan tidak menginginkan kaumku...
Dan aku merasakannya...

Walau begitu aku tetap berusaha menunjukkannya...
Menunjukkan bahwa kau masih membutuhkan kaumku...
Menunjukkan bagaimana biasanya orang membutuhkan orang lain...
Menunjukkan bagaimana orang merasa dibutuhkan...

Aku tidak menanggapi tingkahmu kali ini...
Aku ingin diam hari ini...
Walau aku tau apa yang akan terjadi...
Salah lagi, lagi, dan lagi...

Diam bukan karena aku benci...
Diam bukan karena berbangga hati...
Diamku untuk menenangkan diri...
Dan dalam doa semoga kelak kau mengerti...
Apa yang diperlukan oleh kaum macam aku ini...

Agustus 26, 2012

Perdebatan yang bukan perdebatan

Siang ini, aku baru ketemuan lagi sama temen2 lama, temen 1 kos saat kuliah di Jakarta dulu. Cuma bertemu berempat, ngobrol ngalor-ngidul di sebuah tempat makan. Ngobrol seperti dulu, asik rasanya.

Okay, pertemuan berakhir dan kami pun pulang ke rumah masing-masing.
Aku juga begitu, kembali lagi ke rumah ini. Apa yang ada dipikiranku? Ga enak, udah kebayang apa yang akan bapakku tanyakan padaku, dan bagaimanapun aku menjawabnya pasti berakhir dengan suasana yang ga enak. Ini malesnya kalo aku pergi keluar rumah ketemu teman-temanku. 

Aku sudah minta izin sebelumnya. Aku bilang mau ke tempat temanku di Magersari. Bapak langsung menjelaskan dimana lokasi Magersari itu. Aku pura-pura mendengarkannya dengan penuh hikmat. Kenapa pura-pura? Come on... aku sudah pernah ke sana, ini bukan yang kedua ato ketiga kalinya aku ke sana, ga perlu pake dijelasin gitu. Tapi aku berpikiran lain. Aku mengerti bapak hanya tidak ingin aku kenapa-kenapa, nyasar ato gimana, walau aku udah umur 23 tahun gini... But, it's okay, aku tidak ingin suasana jadi runyam karena aku terlihat tidak respect.

Sekarang pulangnya. I knew it will happen. Really... pasti tidak akan berakhir dengan baik, dan itu terjadi walau aku sudah berusaha menjawab sebaik mungkin. Berikut sekilas percakapanku:
Bapak : "Dari mana tadi Ris?"
Aku : (Come on...kan tadi aku udah izin) "Tadi makan bareng temen sambil ngobrol2"
Bapak : "Dari mana aja mereka? Dari Jakarta semua kah?"
Aku : "Iya, kan semuanya lulusan STAN Jakarta. Cuma ketemu 3 orang koq tadi"
Bapak : "Maksudnya mereka dinasnya dimana?"
Aku : "Oh... Ada yang di Kendari, Merauke, sama di Bima."
Bapak : "Ada yang di Merauke juga kah? Dinasnya dimana?"
Aku : "Yang di Merauke tu di Pajak. Kalo di Bima itu di DJKN." (Sebenernya aku rada lupa di DJKN ato bukan)
Bapak : "Yang Merauke itu yang rumahnya disana itu ya?"
Aku : "Bukan. Di Magersari."
Bapak : "Kalo yang di Magersari Bapak tau, yang anaknya tinggi pake kacamata biasanya diantar ibunya itu kan? Yang di Merauke itu lho rumahnya dimana?"
Aku : "Di Magersari juga."
Bapak : "Semuanya tiga-tiganya rumahnya di Magersari kah?"
Aku : "Nggak."
Bapak : "Gimana sih! Yang di Merauke itu lho rumahnya di Magersari kah?"
Aku : "Iya di Magersari."
Bapak : "Tiga-tiganya itu di Magersari kah?"
Aku : "Ngga."
Bapak : (Mulai kesel) "Gimana sih.."
Aku : "Yang di Kendari itu yang Bapak tau itu di Magersari. Yang di Merauke itu juga di Magersari. Yang satunya lagi yang di Bima itu rumahnya di Mojosari."
Bapak : (Diam sambil cemberut)

Setelah itu, ga beberapa lama kemudian aku masuk kamar, dan sengaja pintu kamar sedikit aku buka. Kemudian terdengar Bapak bicara sama Ibu dalam bahasa Jawa yang kurang lebih artinya adalah "Punya anak kok mulutnya begitu.". Ibu diam saja. Aku juga diam saja pura-pura ga denger. Dan aku langsung nulis ini.

Ini bukan pertama kalinya aku begini. Tidak cuma aku. Adikku pun mengalami hal yang sama seminggu lalu, untungnya ada orang lain yang sedang bersama kami saat itu, suasana pun dapat cepat kami alihkan. Aku ga ngerti, kenapa marah? Kalo aku salah, di bagian mana aku salah? Bapak justru langsung nge-judge semuanya sama, padahal ngga. Karena emang ngga, jadi ya aku bilang ngga. Aku jawab dengan penuh hati-hati. Mau dijawab gimana lagi emang? karena emang semuanya tu ga sama. Dan aku udah jelasin mana yang ga sama. Waktu sama adikku seminggu lalu malah lebih parah, walau sudah dijelasin, Bapak masih balik nanya begitu lagi, nanya apakah semuanya sama. Pengen dijawab iya biar dia puas dan cepet selesai, tapi ga enak karena itu brarti bohong. Dijawab jujur malah kesel gitu. Maunya apa sih...

Ini salah satu yang membuatku males keluar kemana-mana, pasti ditanyain dan kemungkinan besar akan berakhir ga enak seperti ini. Sebabnya pasti sama, aku cuma bilang bahwa yang dibilang Bapak itu kurang bener, dan aku jelasin yang sebenarnya. Dan akhirnya pasti dibilang aku tu ngomongnya yang ga enak. Ya ampun...mau dijawab ky gimana lagi coba..kalo emang ga gitu ya aku jawab ngga, dan cara ngomongnya udah sangat berhati-hati. Belajar dari mana lagi cara ngomongku ini kalo bukan dari mereka sbg orang tuaku.  Kayaknya salah mulu deh...padahal belajarnya dari mereka juga.... kalo gitu ngapain aku belajar dari mereka lagi kalo ujung-ujungnya masih dikatain begitu sama mereka sendiri... Salahku lagi? Koq aku terus?

Agustus 11, 2012

Narasi tak berarti dari sisi kelam hati

Hr ini dia ga sahur lg kayakna. Mgkn stlh memikirkan kputusanna td mlam trz tdur larut lagi. Aku doain moga dia kuat puasanya dan tetap sehat sperti biasa.

Aku msh dmalang skrg. Rencana pulang senin,kenapa? Cuma biar bs nonton masterchef sambil telpon dia,itu aja. Kl drumah ga bs sambil telp dia sie,males ma org rumah. Tapi apa itu akn tetap trjadi? Tinggal bbrp jam lg masterchef mulai dan blm ada kputusan. Spertinya msh sama dgn yg td mlm.

Td mlm aku sudah mati2an brusha mpertahankan hubunganku dgnnya. Aku tdk trima kl harus diakhiri krn sstu ksalahan yg tdk kulakukan. Aku sperti jd korban kata2nya. Tp yg aku pikirkan hanyalah dirinya,aku ingin mbuatnya mjadi lbh baik wlu dia tdk prcya aku bisa,tp aku percya dan atas izin tuhan aku prcya aku bs,krn ini bukan hal buruk.

Dulu aku prnah berkata ga ada gunanya ngajarin pasangan jd lbh baik,cape2 ngajarin mlah dputusin. Sempat ckup lama aku pgang kata2 itu,mlah mbuatnya mrasa tdk diinginkan. Saat smuanya trbalik,aku mrasa harus ngajarin dia dl sblm kubawa dia ke hadapan org tuaku,skrg gantian aku yg mrasa tdk diinginkan. Tp aku cuek aja,aku cm pgn dia jd lbh baik,aku ga pduli aku jd gmn,aku ikuti apa kata2nya,aku jg ingin jd lbh baik demi dirinya. Dan kata2 ku hampir trjadi lg. Hubunganku skrg sdang diujung tanduk. Cm krn traumanya akan ksalahanku dmasa lalu,yg spertinya dia cm mberi ksempatan padaku tanpa mberi dirinya sendiri ksempatan utk turut brubah.

Tidak apa. Dia memang begitu. Disini lah tugasku utk mdampinginya. Buatku,suatu hubungan bukan cm utk bsenang2,tp saling berbagi dan saling mdukung pasanganna agar dpt hdup bersama dgn lebih baik. Aku tdk bs mliat kkuranganku dgn jelas,org lain lah yg dpt mliatnya dgn jelas. Tp tdk smua org dpt nerima kkurangan itu dan mau mbantuku utk mperbaikinya. Saat aku mjadi pasangannya,itulah yg aku lakukan. Saat aku tau apa kkurangannya,saat itu jg muncul tanggung jwabku utk mjadikan dia jd lbh baik,bukan lari dr masalah dgn mengakhiri hubungan dan mcari yg lain,it's not a problem solver.

Karena aku bukan mencari yg terbaik, tapi mbuat apa yg kumiliki menjadi yg terbaik,hingga mbuat org lain iri dan ingin memilikinya juga.

Agustus 05, 2012

Cara membuat passport

Hey...do you have a passport??
Sebenernya udah lama pengen bahas ini, pengalaman dalam membuat passport, tanpa perantara.

Okay, langsung aja...
Bermula dari niat pengen liburan ke LN, aku dan temenku berencana untuk membuat passport. Sebelumnya kami mencari-cari informasi tentang pembuatan passport di dunia maya. Ternyata pembuatan passport bisa dilakukan secara online, dengan mengirimkan dokumen yang telah dipindai (scan) dan selanjutnya dapat diproses di kantor imigrasi mana saja yang kita inginkan. Awalnya saya berencana membuat secara online, karena persyaratan dokumen yang dibutuhkan ada di rumah di Mojokerto, sedangkan saya di Pangkalpinang.

Setelah memikirkan berkali-kali, saya memutuskan untuk langsung membuat sendiri di kantor imigrasi Pangkalpinang. Kenapa? Karena dari beberapa review yang saya baca tentang pembuatan passport secara langsung adalah antrian yang cukup panjang. Dan segera saja saya sadari yang menulis review tersebut mengurus passportnya di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Dan saya berada di Pangkalpinang, bukan kota yang ramai. So, tidak ada salahnya saya mencoba.