Juli 13, 2011

My Sight About Blackberry

Blackberry, sebut aja BB

Hmm...udah lama sejak BB mulai booming di Indonesia, sekitar tahun 2007 kl ga salah, 8 tahun setelah awal berdirinya BB di Canada, tapi gaungnya sampai sekarang masih terasa dan menjadi salah satu gadget yang diyakini sebagai gadget berkelas.

Aku ga mau ngomong panjang lebar soal BB, yang mau aku omongin disini adalah fenomena booming-nya itu. Ya, sejak booming, orang-orang yang punya BB seakan naik derajatnya. Koq gitu? Kalo aq perhatikan sie, tanpa menyunting kelebihan dari BB, BB itu yang jelas punya fasilitas IM antar pengguna BB, yang biasa kita sebut BBM. Aku sebenernya agak bingung kenapa malah BBM yang rame, padahal sebelum BB booming, IM pun bisa dilakukan dimana aja dan kapan aja asalkan gadget yang kita gunakan dapat mengakses data GPRS. Aplikasi untuk IM pun banyak banget, seperti mig33 misalnya, cukup fenomenal juga dulu. Kemudian ada Nimbuz, eBuddy, dan Meebo yang dapat menggabungkan beberapa IM seperti Yahoo Messenger dan Gtalk.


Untuk mendapatkan BB dengan full service, ada biaya berlangganan bulanan yang ga bisa dibilang murah juga. Bayangkan kl kita punya banyak uang lebih, pasti ga masalah dengan biaya BB. Jadi, kl kita udah punya BB, kayaknya keliatan seperti org tajir aja, padahal ga tau juga tu full service ato bukan.

Kembali ke fungsi utama sebuah gadget handphone, yaitu berkomunikasi dengan berbagai macam cara, telpon, sms, maupun internet. Bagaimana dengan BB? Tentu saja BB melakukan itu semua. Apakah HP laen juga bisa? Absolutely Yes! So, apa bedanya? Saat semua orang pada pengen pake BB, aku tetep setia dengan SE K508i, dan setelah itu rusak, aku hanya menggantinya dengan Nokia 3210 Classic, bukan BB yang aku cari.

Dari semua itu, ada beberapa hal yang aku akui dari BB. BB adalah trendsetter model HP di Indonesia. Lihat aja, sebelum BB udah banyak HP dengan keypad QWERTY, namun tidak ada yg meniru modelnya. Sedangkan BB? Vendor sebesar Nokia pun harus mengakuinya, dan memproduksi HP yang konsepnya mirip seperti BB, dan diberikan sedikit perbedaan agar tidak dikira menjiplak. Produsen sekelas Nokia aja bisa sampai begitu, apalagi produsen lainnya, ikut berlomba-lomba juga memproduksi gadget dengan "Blackberry Minded", dan ini yang membuatku bertekad, aku ga akan mau punya HP dengan keypad QWERTY dengan fisik mirip BB.

Harga BB yang sangat tinggi dan image yang prestisius telah sangat melekat di hati konsumen. Namun tidak banyak yang mempunyai dana untuk memiliki benda prestisius ini. Hal ini dilirik oleh produsen HP China. Dengan bermodal harga murah dan secara fisik mirip dengan BB, HP China pun banyak diserbu konsumen. Apalagi dalam HP China pun disisipkan fungsi yang tidak ada di BB seperti TV, Multi SIM Card, sampai 3 kamera, sehingga ada image "lebih hebat dari BB" membuat HP China laris manis.

Hal lain yang aku akui adalah BBM. BBM hanya dapat diakses oleh pengguna BB, berarti aplikasi ini termasuk aplikasi tertutup, tidak dapat diakses oleh IM lain, at least yang aku tau sampai skrg masih begitu.

Selebihnya, standard. Dan jadi kebiasaanku juga, aku ngga mau ikut-ikutan sesuatu yang sudah banyak orang punya, membuatku sangat tidak berminat dengan BB dan HP lain dengan fisik seperti BB.

Sekarang ini, aku jadi sering liat tentang gerakan "anti-BB". Well...aku sie emang anti BB, tapi aku sangat tidak tertarik ikut-ikutan itu. Kalo aku perhatiin, gerakan tersebut bukan didasari oleh orang-orang yang ga mampu beli BB, secara sekarang harga BB udah jauh turun daripada dulu. Gerakan itu lebih didasari oleh tingkah polah para pengguna BB sendiri yang membuat gerah orang-orang di sekitar.

Pengguna BB yang gimana sie yang bikin orang-orang gerah? Sekitar 80% pengguna BB yang bikin orang gerah adalah pengguna BB yang sering disebut sebagai Ababil (ABG Labil). Namanya ABG pastilah labil, cuma orang dewasa yang udah stabil. Namun penekanan Ababil disini adalah ABG yang pada umumnya masih sekolah namun gayanya dan sombongnya selangit, apalagi saat megang BB. Parahnya lagi, penyakit ini seperti menular. Beberapa dari yang aku perhatikan, udah banyak kasus anak sekolah ngambek sama orang tuanya supaya dibeliin BB. Inget, DIBELIIN, dan mereka sombong karena itu, sombong akan sesuatu yang bukan hasil jerih payah sendiri. "Ngga koq, gue kan juga berusaha mati-matian buat dapetin ini", iya bener, berusaha mati-matian ngerayu orang tua, bahkan ada yang ampe memaksa dan mengancam orang tua, dan mereka bangga akan itu??? Oh My....mereka belum tau sie gimana rasanya makan makanan yang didapat dari jerih payah sendiri.

Itu baru soal Ababil dengan BB-nya. Kl aku liat lagi, masih ada benda-benda lain yang melekat dengan Ababil, diantaranya Kamera DSLR, Kawat Gigi, Sepeda Fixie, dll tanpa mengerti arti dari benda-benda tersebut. Soal benda-benda lainnya aku ceritakan di post berikutnya aja ya....di sini khusus ngomongin soal BB.

And now, peganganku sekarang adalah HTC Wildfire yang telah dibenamkan Android di dalemnya, walau masih E-Claire (gt ya tulisannya?). Gimana kl dibandingkan dengan BB? Kurangnya cuma ga bisa akses BBM aja, selebihnya ga perlu ditanya. Sangat mudah dalam personalisasinya, mau buat bussiness, social, or entertainment, semuanya gampang. And I respect my HTC, walaupun belinya tangan ketiga, hehehe...

Conclussion, masihkah Anda bertahan dengan angan-angan Anda dengan BB? [nguawur....]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar