September 07, 2012

Stan Lee's Super Human

Beberapa hari lalu Aku nonton acara TV di History Channel (yah, walau udah di Malang, kurasa aku masih memerlukan TV kabel ini untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan lebih, not just for fun). Acara kali ini adalah Stan Lee's Super Humans, acara yang mengulas beberapa manusia di bumi yang bisa dianggap sebagai manusia super, manusia yang memiliki kelebihan tertentu, khususnya untuk kemampuan fisiknya.

Stan Lee
Sebelumnya, sekilas aja, sapa sie Stan Lee itu? Anak STAN? Bukaaaaannnn.....
Pernah nonton film-film Marvel? Misalnya Fantastic Four, Iron Man, Spiderman, Thor, Hulk, The Avengers, dan lain sebagainya. Film-film itu kan dibuat berdasarkan kisahnya di komik, yang diterbitkan oleh Marvel Comics. Nah... Stan Lee itu orang yang mendirikan Marvel Comics, dia juga yang menciptakan karakter superhero itu semua. Dan atas jasanya itu, disetiap film dari Marvel, selalu ada 1 (scene) yang ga penting yang diperankan oleh Stan Lee. Ya, di film Marvel mana pun, termasuk Fantastic Four, Spiderman, The Avengers, dan lain-lain, Stan Lee pasti ada. Ga tentu kadang di tengah film, kadang deket-deket akhir film, yang jelas cuma sebagai figuran aja.

Okay, kembali ke acaranya, Stan Lee's Super Human. Acara ini mengulas orang-orang di seluruh dunia yang dianggap sebagai super human secara fisik. Memiliki kemampuan lebih dalam penggunaan fisik mereka. Di suatu episode ada yang mengulas The Spring Man, orang yang bisa melompat tinggi, dia juga dapat melompati mobil sedan yang sedang bergerak ke arahnya, tanpa terluka, dan tidak terjatuh. Selain itu ada juga orang Jepang yang dapar berlari dengan 4 (empat) kaki seperti monyet, dan lebih cepat daripada orang yang berlari dengan 2 (dua) kaki. Dan masih banyak lagi.



Apa yang ingin Aku soroti dari acara tersebut?
Simple, perbedaan cara mereka melihat kemampuan yang lebih tersebut dibandingkan dengan cara masyarakat kita melihatnya.

Sudah sering kita mendengar orang-orang di Indonesia yang memiliki kemampuan fisik yang lebih, misalnya tahan dipukul, fleksibel, bisa begini bisa begitu (kayak Doraemon aja...), pokoknya sesuatu yang membuat kita kagum akan kemampuan fisiknya yang berbeda dari manusia pada umumnya, yang jelas bukan sebuah trik sulap. Aku memperhatikan, setiap pertunjukkan kemampuan tersebut hanya diakhiri oleh decak kagum dan tepuk tangan dari penonton, serta pengakuan dari penonton bahwa sang entertainer tersebut memiliki kelebihan dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain pada umumnya. Sudah, selesai, hanya sampai disitu. Sang entertainer pun cukup puas hanya dengan mendapat pengakuan tersebut.

Perbedaan yang Aku sadari ketika melihat acara Stan Lee's Super Humans adalah mereka tidak hanya melihat secara langsung para Super Human tersebut membuktikan kemampuannya, tapi juga mempelajari dan membuktikan secara ilmiah bagaimana fisik super human tersebut dapat menghasilkan kemampuan yang melebihi manusia normal. Seperti The Spring Man contohnya, ternyata dia dapat menghasilkan momentum yang besarnya melebihi 10x berat badannya saat menumpu sebelum melakukan lompatan. Bagaimana fisiknya mampu menahan momentum sebesar itu? Ternyata terletak dikemampuan otot kakinya. Otot kakinya dapat berinteraksi dengan otaknya jauh lebih cepat daripada manusia biasa. Reaksi yang cepat tersebut dapat meneruskan beban momentum yang besar tadi dan menghasilkan kekuatan lompatan yang luar biasa. Kurang lebihnya seperti itu.

Terlepas dari semua itu, yang Aku lihat di sini adalah mereka mencari tahu bagaimana sesuatu yang luar biasa itu terjadi, dan tidak hanya berhenti pada decak kagum semata. Membandingkan dengan kebiasaan di masyarakat kita, agak miris rasanya... Bagaimana mereka menanggapi sesuatu yang tidak biasa bagi mereka, dan langsung memvonis semau mereka, walaupun vonis mereka itu ga salah, karena vonis mereka pada umumnya hanyalah "itu adalah kuasa Tuhan" dan sejenisnya. Emang bener sie itu semua adalah kuasa Tuhan, kalo ga ada izin Tuhan ya ga bakal terjadi. Bener-bener shortcut, dan Aku tidak sependapat dengan cara berpikir mereka, sekali lagi, cara berpikir mereka.

Banyak kejadian aneh dan diluar pikiran terjadi di negeri ini, mulai dari kejadian alam, atau bahkan kejadian yang dibuat oleh manusia sendiri. Apa yang mereka pikirkan setelah melihat kejadian itu? Mereka langsung berpikir itu adalah pertanda dari Tuhan, dan langsung menyebut-nyebut nama tuhannya, dan setelah itu mereka puas, tenang, tak lagi memikirkannya. Aku tidak menyalahkan mereka, karena ingat dengan tuhan bukanlah sesuatu yang buruk. Tapi kebiasaan berpikir shortcut itu lah yang jadi masalah, cara berpikir seperti itu yang dapat dengan mudah dijajah oleh pemikiran lain, dan bukan ciri pemikiran yang maju. Kenapa mereka tidak berpikir untuk mencari tahu bagaimana peristiwa tersebut dapat terjadi?

Analogi simpelnya adalah, kita seperti bangsa yang masih percaya bahwa peristiwa gerhana matahari adalah saat dimana matahari dimakan oleh dewa atau monster. Sedangkan bangsa lain memikirkan bagaimana gerhana matahari itu terjadi, dan mereka tau bahwa gerhana matahari hanyalah sebuah peristiwa alam biasa yang dapat dijelaskan dengan logika. Begitulah bangsa kita saat menemukan suatu peristiwa yang menurut kita tidak biasa. Bagaimana kelihatannya? Menurutku, bangsa seperti itu akan sulit maju, karena mereka hanya percaya ilmu, bukan mencari ilmu.

Pemikiran tersebut sering kuterapkan dalam beberapa hal kecil. Aku mencoba berpikir apa yang orang lain hanya terima apa adanya. Dan hasilnya, aku lebih puas dengan pengetahuan yang aku dapatkan. Pengetahuan kecil tentang kenapa begini, kenapa begitu, tidak langsung berpikir itu terjadi karena kehendak Yang Maha Kuasa, karena itu alasan yang sudah pasti. Aku pun tidak sendiri, banyak putra putri bangsa yang berpikir demikian, dan mau saling berbagi di dunia maya, di berbagai forum, hanya untuk lebih membuka pikiran bangsa kita.

Kami sedih akan keadaan bangsa ini. Kami sedih karena kami pun mencintai bangsa ini, dan kami ingin bangsa ini jadi lebih baik dan tidak terus diremehkan oleh bangsa lain. Karena sejauh ini, bangsa lain kebanyakan hanya menyukai alam kita, warisan budaya kita, bukan bangsa kita.

Setelah kubaca lagi, koq intinya lepas dari judulnya ya? biarlah, udah malem, lain kali aja aku ganti judulnya yang lebih ngena dengan inti yang ingin kusampaikan di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar